Event Banner

Mengapa Menginjili

Tuhan Yesus mengatakan tentang sebuah pohon yang sudah bertahun-tahun diharapkan agar berbuah namun tak kunjung berbuah. Lalu Tuhan mengatakan bahwa jika tak berbuah maka pohon itu akan dipotong dan dibuang. Pohon yang tak berbuah tidak seharusnya menempati tempat, menikmati anugerah, dan hidup dengan sia-sia.

Maka apa buah yang Tuhan cari dalam hidup kita? Tuhan Yesus memberikan dua perintah. Pertama, perintah kepada sesama orang Kristen: saling mengasihi. “Jika kamu saling mengasihi satu sama lain, maka kamu membuktikan bahwa kamu adalah pengikut-Ku.” Kedua, “Pergilah ke seluruh dunia, dan beritakan Injil, jadikan semua bangsa murid-Ku.” First of all, you love one another. After that, you preach the gospel to show the love of God to others. Kita tak bisa hidup di dunia dengan menerima anugerah tetapi tidak menjadi berkat. Kita harus berbuah, buah kekal yang memuliakan Allah.

Tetapi ini semua tidak mungkin kita lakukan sendiri karena tak ada satu pun yang bisa mencintai Tuhan tanpa lebih dahulu memahami cinta Tuhan terhadap dirinya. Yohanes mengatakan, “Kita mengasihi karena Ia terlebih dahulu mengasihi kita.” Dan penderitaan Kristus di kayu salib menjadi pengetahuan yang mengikat dan memaksa kita untuk berespons dan mengasihi-Nya kembali. Jika kita mengerti cinta Tuhan, maka kita akan mengerti cinta melalui penderitaan yang Dia alami. Setelah itu, kita digerakkan dan dibuat bereaksi untuk mencintai-Nya kembali.

Jadi, MENGAPA MENGINJILI?

A. Karena ini adalah kehendak Tuhan
The motivating power to evangelize people is the will of God. Yohanes Calvin berkata, “There is nothing greater than the will of God, except God Himself.” Di antara kehendak Allah yang besar, yaitu mencipta, menebus, mewahyukan; salah satu puncaknya adalah “Go to the world and preach the gospel.”

Sekitar 60 tahun lalu, ada seorang penginjil di Kalimantan. Karena panas, ia memakai topi lebar seperti petani. Tangan kanan membawa Alkitab, tangan kiri dan kantongnya penuh ratusan traktat. Ia berjalan dari kota ke kota, memberitakan Kristus dan mengajak orang berdoa. Setelah satu kota diinjili satu-dua minggu, ia tidak kembali. Ia terus maju ke kota berikutnya. Terus dan terus, hingga akhirnya ia masuk ke kota terakhir: surga.

Saat saya ke Kalimantan tahun 1966 dan mendengar cerita ini, saya terharu. Ada orang yang hanya tahu pergi, dan tidak tahu pulang. Ketika traktatnya habis, ia hanya berteriak: “Tuhan mencintai engkau!” Sampai akhirnya hilang di pedalaman. Mungkin dibunuh, mungkin dimakan orang. Tak ada yang tahu. Tapi orang berkata: “We know where he goes, but never know how he comes out.” Inilah semangat Injil.

B. Karena ini adalah perintah Yesus Kristus
“Pergilah ke seluruh dunia.” Selama dua puluh abad ini, berapa banyak orang yang hidup berfoya-foya dan hanya sedikit yang mengabarkan Injil? Sebelum Amanat Agung, ada darah Kristus. Sesudahnya, ada darah para martir. Adoniram Judson ke Birma, Nommensen ke Sumatera, Hudson Taylor ke Tiongkok, David Brainerd ke Amerika, Robert Moffat dan Livingstone ke Afrika. Mereka menjalankan perintah Tuhan.

Sebelum tahun 1965, ada badan misi bernama Red Sea Mission. Mereka menginjili Arab Saudi, Mesir, daerah Islam paling ketat di dunia. Sepuluh tahun menginjili, hanya dua orang bertobat. Besok malamnya, dua orang itu dipenggal. Tetapi Injil tetap diberitakan. Saya mendengar kisah ini tahun 1967.

Waktu pertama kali saya membaca Yohanes 12, saya tidak mengerti mengapa Allah Bapa menghormati manusia. Bukankah segala hormat hanya bagi Tuhan dan Anak Domba? Tetapi Yesus berkata: “Bapa-Ku akan menghormati setiap orang yang melayani Aku.” Maka siapa yang setia melayani Injil sampai mati, orang itu dihormati oleh Bapa.

C. Karena kasih salib mendorong kita
Paulus berkata, “The love of Christ constrains us.” Terjemahan Indonesia menyebut “dorongan”, tetapi kata constrain lebih kuat: paksaan, kekuatan dalam yang tak bisa ditahan. Cinta Kristus menekan kita hingga kita tak bisa tidak memberitakan-Nya. Cinta ini tak bisa dipalsukan, tak bisa ditunda, tak bisa dikalahkan oleh egoisme. At that time, you should do it.

Reformed Theology bukan hanya soal keselamatan pribadi. Kita harus membawa dunia (politik, budaya, ekonomi, teknologi, dll.) kembali kepada Allah. Reformed Theology mencakup mandat budaya dan mandat Injil. Musa bicara kepada Firaun. Daniel di istana Babel. Orang yang diberi talenta lebih, harus menjangkau yang lebih tinggi. The love of God constrains me. I should do what God wants me to do.

D. Karena kebutuhan manusia.
Tetapi inilah paradoks: yang paling butuh Injil justru merasa tidak butuh. Seperti visi Paulus ketika dia tertidur, orang Makedonia berseru, “Datang dan tolong kami.” Tetapi saat Paulus tiba, ia ditolak. Di Efesus, di Filipi, di Macedonia, semua menolak. Hari kedua, ia masuk penjara. Tetapi tetap, manusia butuh Injil. Itu sebabnya, menciptakan kehausan dan menyadarkan orang untuk kembali kepada Tuhan adalah tugas yang terlalu berat. Namun demikian, tidak peduli bagaimana reaksi orang, baik menerima maupun menolak, karena manusia memerlukan Injil maka kita memberitakannya.

E. Karena perasaan berutang.
Paulus berkata, ia berutang Injil kepada semua orang—Yunani maupun Barbar, bijak maupun bodoh. Perasaan ini tidak dibuat-buat. D. L. Moody suatu malam tidak bisa tidur karena belum menginjili. Ia keluar, bertemu orang mabuk, mengabarkan Injil, dan baru bisa tidur setelah itu. Masih adakah orang seperti itu sekarang? Kalau ada, engkaukah itu?

Dari menjalankan kehendak Tuhan, melaksanakan perintah-Nya, digerakkan oleh cinta-Nya yang memaksa, memahami kebutuhan manusia yang mendesak, dan akhirnya didorong oleh perasaan berutang; semua inilah yang seharusnya menjadikan kita orang Kristen yang mengabarkan Injil tanpa henti.

Pdt. Dr. Stephen Tong